Siapa yang tak mengenali Banda Neira? Pulau menawan yang merupakan salah satu pulau dari gugusan Kepulauan Banda, Provinsi Maluku.
Kenampakan Kota Banda Neira dari Gunung Api Banda (Foto: Pinterest)

Warta keelokan akan Pulau Banda Neira telah terdengar ke dunia luas. Bahkan, masuk dalam jajaran situs warisan dunia versi UNESCO (The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization). Sejarah besar di masa lampau pun menjadikan nilai tambah eksotisme pulau ini.

Diketahui, Banda Neira merupakan pusat perdagangan rempah terbesar di era kolonial Belanda. Selain itu juga menjadi tempat pengasingan tahanan politik seperti Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, dan Cipto Mangunkusumo.

Mendapati julukan “Sepotong Surga dari Timur” bukan omongan belaka. Dengan mengunjungi pulau ini, kita akan tahu bagaimana alam memoles pesona pada setiap mata yang memandang.

Keindahan lautan Banda Neira kerap menjadikannya target utama untuk snorkeling. Dengan hamparan beragam terumbu karang beserta penghuninya, merepresentasi kemajemukan warisan alam Indonesia.

Potongan kecil pulau mungil ini dapat kita temukan pada pecahan uang kertas Rp1.000. Bersanding dengan Tari Tifa dan Bunga Anggrek Larat yang merupakan identitas dari Maluku.

Secara administratif, pulau Banda Neira memiliki luas 3 km2. Terdiri atas 12 desa dan dihuni dengan penduduk berkisar di angka 14.000 orang. Topografi wilayahnya cenderung datar, sehingga memungkinkan untuk dibangun kota kecil.

Lalu, Bagaimana jika ingin anjang sana ke Banda Neira? Sebenarnya eksotisme apa saja yang dimilikinya? Serta bagaimana sejarah membentuk peradabannya di masa lampau? Simak rangkumannya versi Ngepop.id berikut ini.

Sambil Menyelam Mengenali Banda Neira

Pulau kecil di utara Indonesia ini menyimpan berjuta pertanyaan bagi calon wisatawan. Juga akan menyimpan berjuta kenangan usai berkunjung. Merogoh kocek yang tak sedikit tentunya, untuk mewujudkan impian bertamu ke surga kecil di sebelah timur Indonesia ini.

1. Perjalanan ke Banda Neira

Untuk berkunjung ke sini, kalian terlebih dahulu transit di Ambon. Kemudian melanjutkan penerbangan menggunakan Susi Air. Namun, maskapai ini sayangnya hanya beroperasi dua kali dalam seminggu.

Sementara itu, ada pilihan lain dengan menggunakan kapal cepat. Membutuhkan dana berkisar Rp 450.000 -600.000 berlayar dari Pelabuhan Talehu. Karena ini perjalanan laut, sehingga harus menyesuaikan dengan kondisi angina dan ombak di lautan.

2. Destinasi Wajib saat Berkunjung

Banda Neira sendiri meruapakan kumpulan dari beberapa pulau. Sejumlah 13 pulau kecil yang dapat kalian jelajahi di Kecamatan Banda. Dan semuanya terhubung dengan jalanan aspal. Membutuhkan waktu sekitar tiga jam, kalian sudah bisa memutari Banda Neira.

Gunung Api Banda (Foto: Pinterest)

Gunung Api Banda

Gunung ini merupakan salah satu ikoniknya Banda Neira. Kota kecil Banda Neira akan tampak lebih indah dan jelas jika dilihat dari puncak gunung ini.

Gunung Api Banda masih berada dalam jalur ring of fire yang membentang sepanjang 40.000 km di Samudera Pasifik. Meski tergolong ke dalam gunung berapi aktif, Gunung Api Banda masih aman untuk dikunjungi.

Membentang ke langit setinggi 1.955 kaki atau 656 meter di atas laut (mdpl). Jalur pendakiannya terbilang cukup terjal dan melelahkan, khususnya bagi pemula. Namun, keringat yang bercucuran akan terbayar luna oleh hamparan pesona Banda Neira.

Lava Flow

Lava Flow atau yang biasa disebut dengan “Kuil Naga Laut” merupakan area favorit para penyelam. Bagaimana tidak? Pemandangan biota bawah laut yang ditawarkan tak perlu dinego. Ini merupakan salah satu destinasi wajib jika berkunjung ke Banda Neira.

Tempat ini terbentuk oleh aliran lava dari letusan Gunung Api Banda. Meski sempat mengalami kerusakan pada saat itu, terumbu karang di lautan ini dapat tumbuh kembali dengan lebih cepat. Jika ingin menyelam di sini, lokasi Lava Flow berada di utara Gunung Api Banda.

Pulau Hatta

Pulau yang letaknya agak menjauh dari pusat Kota Banda ini terbilang sangat asri dan terawat. Letaknya di sebelah timur Kepulauan Banda, berjarak sekitar 25 km. Merupakan salah satu dari 13 desa di Kecamatan Banda ini dahulu bernama Pulau Rozengain.

Berganti menjadi Pulau Hatta sebab terinspirasi oleh tokoh proklamator Indonesia yang sempat diasingkan di wilayah Banda ini.

Ketika berkunjung, pemandangan biota bawah laut yang masih terjaga dan adat istiadat yang masih lekat dalam kehidupan dapat disaksikan secara langsung. Gugusan terumbu karang dan palung cantik menjadi perburuan utama bagi penikmat snorkeling.

Pulau Nailaka

Masih seputar dunia bawah laut. Pulau Nailaka juga menyimpan pesonanya sebagai bagian dari keindahan Banda Neira. Hamparan pasir putih beserta desiran angina yang menghantamkan ombak ke tepian sangat mempesona. Apalagi jika soal terumbu karang dan pelbagai jenis ikan yang berkeliaran, sudah pasti tidak mengecewakan momen berlibur anda.

Benteng Belgica

Jika sejak tadi penjelasannya terkesan menyombongkan keindahan alam. Kali ini berbicara mengenai salah satu keindahan dari sisi sejarah pembangunan Banda Neira.

Benteng Belgica merupakan sebuah bangunan pertahanan yang dibangun pertama kali pada sekitar abad ke-16 oleh bangsa Portugis. Kemudian, saat Belanda berhasil mengambil alih kependudukan wilayah Banda, bangun ini diberi banyak perubahan. Seperti dirubah namanya menjadi Fort Belgica oleh Gubernur Jenderal Pieter Both.

Selain untuk pertahanan dari bangsa luar dan markas pasukan miter, benteng ini juga berfungsi untuk melindungi diri para tentara Belanda dari perlawanan rakyat Banda, yang menentang monopoli perdagangan VOC kala itu.

Benteng yang merupakan rekam jejak sejarang perdagangan rempah Indonesia, bahkan dunia ini sudah menjadi cagar budaya. Sehingga kelestarian dan keutuhan bangunannya harus dijaga serta dirawat dengan sangat baik.

Selain Gunung Api Banda, melalui puncak Benteng Belgica, pemandangan Banda Neira juga terlihat jelas.

3. Menelusuri Secara Singkat Sejarah Banda Neira

Selain keindahan alam, Banda Neira juga menyimpan kilas balik sejarah yang mengagumkan. Terutama era kolonial belanda yang cukup lama menaklukan kepulauan ini.

Melansir DetikEdu dari The Sea in World History: Exploration, Travel and Trade oleh Stephen K. Stein, Kepualauan Banda adalah satu-satunya sentra produksi rempah berupa pala dan lada pada abad ke-19. Banda Neira menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan rempah-rempah kala itu.

Untuk dapat memonopoli rempah dan menguasai seluruh kendali perdagangan, VOC menginvasi Banda Neira untuk mengubahnya menjadi pusat perdagangan di Kepulauan Banda pada tahun 1602. Sedangkan bangsa Inggris hanya mampu menduduki Pulau Run dan sekitarnya.

Tak hanya di situ, kekejian Belanda menyebabkan mayoritas penduduk Kepulauan Banda tewas, dan sisanya dibawa ke Batavia untuk menjadi budak. Setelah berhasil menguasai Kepulauan Banda, mulailah VOC mengambil alih juga hasil panen dan lading pala milik masyarakat. Dan juga membangun sebuah kota modern untuk mereka tinggali.

Beralih ke masa perang kemerdekaan Indonesia. Kepulauan Banda ini pernah menjadi penjara bagi tahanan politiknya Belanda. Nama-nama besar pernah diasingkan di sini, seperti Moh, Hatta, Sutan Syahrir, dan Dr. Cipto Mangunkusumo.

Ada sebuah kata populer yang berhasil dipopulerkan oleh Sutan Syahrir. Kala itu ia masih menjadi tahanan politik di sana.

“Jangan mati sebelum ke Banda Neira.” kata Syahrir.



Orang biasa yang sedang biasa-biasa saja

What's your reaction?

Comments

https://ngepop.id/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!