Nurnaningsih dikenal bom seks pertama dalam film-film Indonesia. Ia dijuluki Marilyn Monroe Indonesia, pernah diboikot imbas skandal foto syur.
Sosok Nurnaningsih, yang dijuluki Maryln Monroe Indonesia. (Foto: Commons Wikimedia via Voi)

Dalam sejarah sinema Indonesia, ada nama yang mungkin terlupakan oleh generasi muda saat ini, namun pada masanya, ia adalah sinonim dari kata cantik dan seksi. Dia adalah Nurnaningsih, atau lebih dikenal sebagai Nur, seorang bintang besar yang menghiasi layar perak Indonesia dari era 1950-an hingga 1980-an. 

Nurnaningsih lahir di Surabaya pada tahun 1928. Meskipun hanya menyelesaikan kelas satu SMA, bakat akting alaminya membawanya mendaftar ke Perfini, perusahaan film milik legendaris Usmar Ismail. Debutnya terjadi pada tahun 1953 melalui film "Krisis." Film ini tidak hanya mengukir kesuksesan di box office, tetapi juga memicu decak kagum dari banyak pria, menjadikan Nur sebagai sosok yang sangat dipuja.

Tak lama setelah debutnya, Nur menerima penghargaan dari reklame biro Oriental dalam ajang pemilihan bintang film di majalah Varia pada Oktober 1954. Karirnya semakin bersinar saat ia tampil dalam film "Harimau Tjampa" pada tahun yang sama yang disutradarai oleh Djaduk Djajakusuma. Namun, film ini juga memulai kontroversi dalam hidupnya.

Dalam peran ini, Nur memiliki adegan setengah telanjang, menjadikannya aktor pribumi pertama yang berani melakukannya di dunia perfilman Indonesia. Dia berkata, "Saya tidak akan memerosotkan kesenian, melainkan hendak melenyapkan pandangan kolot yang masih terdapat dalam kesenian Indonesia."

Namun, penampilan ini tidak hanya membuatnya mendapat aplaus; foto-foto telanjang Nurnaningsih juga mulai beredar di pasar gelap, dengan harga yang mencapai Rp200 – Rp300 per potong. Nur dengan tegas membantah bahwa foto-foto tersebut adalah gambar asli dirinya, melainkan potret kepalanya yang ditempel ke tubuh orang lain, menggunakan teknik montase yang sudah biasa dilakukan di luar negeri.

Skandal Nurnaningsih dan Ambisi Menuju Hollywood

Sayangnya, skandal ini berujung pada pemecatan Nur dari Perfini, dan ia bahkan terjerat dengan masalah hukum yang melibatkan polisi dan kejaksaan. Film-filmnya juga diboikot di beberapa daerah, termasuk Kalimantan Timur.

Nurnaningsih memiliki impian besar, yaitu bermain di Hollywood agar bisa sejajar dengan idolanya, Marilyn Monroe. Bahkan seorang perwakilan dari 20th Century Fox pernah mengatakan bahwa Nur adalah satu-satunya bintang film Indonesia yang memiliki kualifikasi untuk bermain di Hollywood.

Mereka berkata, "Dia kaya pengetahuan umum, menguasai berapa bahasa asing, pandai bermain piano, pandai menyanyi, pandai melukis, dan berwajah menarik." Sayangnya, impian ini tidak terwujud karena tersandung dalam kasus foto syur.

Setelah kegagalannya menuju Hollywood, Nur menjelajah berbagai sudut Indonesia sebagai seorang seniman. Dia melukis, berakting, bernyanyi, dan bahkan mencoba peruntungannya sebagai penjaga gawang selama enam tahun.

Akhirnya, ia kembali ke dunia perfilman pada tahun 1960-an akhir dengan peran dalam film "Djakarta, Hongkong, Macao" dan beberapa peran kecil lainnya.

Sosok Nurnaningsih. (Foto: Istimewa via okezone.com)

Akhir yang Melupakan dan Warisan Abadi

Nur tampil terakhir kali sebagai aktor dalam film "Malam Satu Suro" pada tahun 1988 bersama mendiang Suzanna. Setelah itu, ia memilih untuk beristirahat dari dunia perfilman. Pada Maret 2004, Nurnaningsih meninggal dunia karena penyakit diabetes.

Meskipun perjalanannya penuh dengan kontroversi, Nurnaningsih tetap menjadi bagian penting dalam sejarah sinema Indonesia. Dia mengubah pandangan tentang seni dalam perfilman Indonesia dan mengejar impian yang tidak terwujud ke Hollywood. Warisannya sebagai salah satu bintang terbesar Indonesia tetap hidup dalam kenangan para pecinta sinema Indonesia. (*)



What's your reaction?

Comments

https://ngepop.id/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!